Pasar Minggu
9 Februari 2020
07:30
Saya mulai berangkat dari WB menuju ke Gereja
Keluarga Kudus Pasar Minggu. Udara terasa sedikit sejuk dari biasanya dan di
langit terlihat sedikit gumpalan awan abu-abu. Karena jarak menuju gereja cukup
jauh, saya memutuskan untuk menggunakan transportasi umum, lebih tepatnya
angkutan perkotaan atau yang biasa disebut angkot. Saya menunggu angkot
bernomor 36 menuju arah Pasar Minggu. Tidak lama kemudian angkot yang saya
tunggu datang dan saya langsung menaikinya. Sekitar 20 menit kemudian, saya
turun dari angkot di pasar Pasar Minggu karena trayek angkot 36 tidak mencapai
gereja. Pasar ini sangat ramai dan padat sama seperti pasar-pasar pada umumnya.
Terlihat beberapa ibu yang membawa barang belanjaannya, pedagang kaki lima yang
menjajakan dagangannya serta beberapa buah angkot yang ngetem menunggu
penumpang mengisi kursi mereka. Saya tidak ingin berlama-lama di pasar
tersebut, setelah membayar Rp 4000 ke supir angkot perjalanan menuju gereja
saya lanjutkan dengan berjalan kaki. Sebenarnya jarak dari pasar ke gereja
tidak jauh, akan tetapi karena saya takut terlambat saya berjalan cepat dan
sepertinya itu agak menguras tenaga saya sehingga membuat saya berkeringat.
08:00
Gereja Keluarga Kudus
Saya akhirnya sampai di Gereja Katolik Keluarga
Kudus Pasar Minggu. Disana terlihat beberapa orang yang mengenakan baju seragam
berwarna coklat mirip dengan satpol PP menyambut dan memberikan teks misa
kepada umat yang datang. Jujur saja saya agak terkejut begitu sampai di gereja
karena kursi-kursi masih kosong. Ternyata perayaan ekaristi baru dimulai pukul
08:30. Saya pun menunggu misa dimulai di dalam gereja sambil berdoa dan
melihat-lihat arsitektur yang cukup indah dalam gereja ini. Tepat pukul 08:30
misa dimulai dan dipimpin oleh Rm Benediktus Ari Darmawan.
10:00
Pejaten Village
Misa sudah selesai dan beberapa umat mulai
meninggalkan gedung gereja. Di pintu masuk, terlihat Rm Ari yang baru saja
selesai memimpin misa menyalami umat yang keluar. Saya berencana untuk pergi ke
salah satu tempat yang wajib didatangi jika berwisata ke Pasar Minggu yaitu
Mall Pejaten Village karena disana ada bioskop yang baru dibuka dan saya ingin
mencoba menonton disitu. Saya pun berjalan menuju pasar Pasar Minggu untuk
mencari angkot yang akan membawa saya menuju Pejaten Village. Sinar matahari
sudah mulai lebih panas dari pada saat saya berangkat dan cukup membuat saya
berkeringat. Sampai di pasar, saya langsung mendapatkan angkot menuju ke
Pejaten Village, kali ini bukan angkot nomor 36 tetapi nomor 11a. Alasan saya
menggunakan angkot nomor 11a ini sederhana, yaitu karena angkot itulah yang
saya temukan begitu saya sampai di pasar. Angkot pun segera berangkat dan
beberapa saat kemudian saya sampai di depan Mall Pejaten Village. Biaya angkot
ini sama seperti saat saya berangkat yaitu Rp 4000.
Saya pun segera turun dan masuk ke dalam mall. Perbedaan suhu sangat
terasa begitu saya memasuki gedung mall. Saya pun segera menaiki eskalator
untuk menuju bioskop yang berada di lantai 5. Saat sampai di lantai 3, saya
bertemu dengan dua orang teman saya dari WB. Saya tebak mereka juga selesai
mengikuti misa di paroki yang lain. Saya pun berhenti sejenak dan berbincang
sedikit dengan mereka. Ternyata mereka gagal mengikuti perayaan ekaristi karena
mereka terlambat akibat salah turun kereta dan angkot yang mereka tumpangi
nyasar.
Saya pun berniat melanjutkan untuk pergi ke
bioskop, akan tetapi saya membatalkannya karena teringat bahwa transaksi di
bioskop tersebut hanya bisa dilakukan dengan OVO, sedangkan saya tidak membawa
HP. Tamatlah sudah keinginan saya untuk menonton. Ya aplikasi sialan itu
membuat saya tidak jadi menonton. Karena tidak bisa menonton akhirnya saya
memutuskan untuk melihat-lihat buku di Gramedia, mungkin ada buku yang menurut
saya menarik untuk saya beli. Ternyata tidak ada yang menarik untuk saya beli,
selain itu harga yang dipatok juga mahal. Akhirnya saya keluar dari Gramedia
dengan tangan kosong.
11:20
Setelah puas berkeliling di Mall Pejaten
Village, saya berniat untuk mengisi perut saya di tempat dimana menu yang ditawarkan
beragam dan harganya relatif murah. Nama tempat itu adalah kantin karyawan.
Tempat itu berada di bagian depan parkiran motor mall. Tempat ini menjadi salah
satu tempat favorit bagi para seminaris saat ambulasi entah untuk makan,
nongkrong, atau bahkan merokok. Saya berniat untuk membeli makanan khas Cirebon
yang dijual disana yaitu ketoprak. Akan tetapi keinginan saya kandas ketika
menemukan bahwa penjualnya belum datang. Karena tidak bisa makan, saya akhirnya
memutuskan untuk kembali ke WB. Bukan tanpa alasan melainkan karena saya ingat
bahwa di depan WB biasanya ada penjual ketoprak yang mangkal. Saya pun berjalan
kaki untuk kembali ke WB.
Sinar matahari yang semakin panas membuat saya
sebenarnya enggan untuk berjalan kaki. Akan tetapi dari pada membuang uang
untuk naik angkot padahal jaraknya dekat saya pun memutuskan untuk berjalan
kaki.
Komentar
Posting Komentar